KEBUDAYAAN SUKU TIALO DI
DAERAH
TOMINI
DISUSUN
OLEH :
ERISKA YUNITIA
(A 311 15 034)
KELAS : A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2016
PEMBAHASAN
1.1 SEJARAH
SINGKAT SUKU TIALO
Pada zaman Portugis
suku Tialo tinggal
di lereng gunung yang
tinggi, mereka namakan Punsung
Pakuku, Punsung Lola,
Punsung Makarama. Di lereng gunung
ini mempunyai dataran
kurang lebih 20 (dua puluh) hektar. Dataran ini
hanya berbukit-bukit, disini Suku
Tialo tinggal berkebun
dan dipimpin seorang
kepala suku namanya
Karaeng Batu dan
mempunyai istri namanya
Dein Tomini. Mereka ini
mempunyai tiga orang
anak, dua orang anak sungguh
dan satu orang
anak angkat. Anak pertama
laki-laki namanya Jogugu
Alam, anak yang kedua
perempuan namanya Jouboki
Maryam, dan yang ketiga
anak angkat mereka
perempuan namanya Bula
Membua. Mereka ini setelah
selesai panen padi
ladang, Ibu Kepala Suku
sudah mengundang cewek-cewek
dan cowok membuat
ketupat sebanyak-banyaknya untuk
bekal ke pinggir pantai
mencari kepiting, siput dan
lain-lain, disitu mereka makan
ramai-ramai. Bahasa mereka Mokong Koni. Yang
menjadi kepala rombongan, ibu kepala
suku. Nama panggilan hari-hari
Mini, nama aslinya Dein
Tomini.
Waktu mereka mencari
kepiting ada satu
orang yang menjauh
dari rombongan. Pada saat itu
datang orang portugis
memakai kapal layar, orang Portugis melihat
ada orang di
pinggir pantai yang
kebetulan menjauh dari
rombongannya dan berteriak-teriak, teriakan itu
TOMINI artiny orang
MINI. Orang Portugis mendengar
teriakan itu katanya
kampung Tomini, Sehingga orang
portugis namakan didalam peta
Sulawesi Tengah bagian
Timur Teluk Tomini. Pada
waktu itu orang
portugis berpangkalan di
Nusa Tenggara Timur
di Kupang. Sehingga uang
yang pernah digunakan
orang Suku Tialo,uang
Portugis, Suku Tialo namakan
DOI KUPANG. Uang logam putih
dan mempunyai lubang
segi empat dan
satu lagi logam
kuning dan gambar
ayam, Suku Tialo namakan
DOI MANU.
Mereka itu berpakaian
dari kulit kayu, namanya
DONU, tempat dan kampung
mereka ini dibenteng
dengan batu disusun
setinggi dua depa,
mereka ini belum
mengenal meter, hanya
depa. Sewaktu Jogugu Alam
keluar dari kampungnya, Suku Mandar
datang menyerang sampai
dapat memenggal kepala
Karaeng Batu, langsung mereka
ambil dan dibawa
ke Mandar untuk
diperlihatkan kepada Sultan
Mandar. Setelah sampai ditempat
sultan, mereka laporkan bahwa
kepala yang kami
penggal ini kepalanya
kepala Suku Tialo
yang mempunyai benteng
pertahanan di lereng gunung
sangat tinggi dipantai
Timur Sulawesi Tengah. Begitu mendengar
mendengar laporan itu, Sultan
Mandar langsung memerintahkan
rakyatnya segera berkumpul
untuk mengadakan upacara
adat bahwa Suku
Tialo kita kasih
menyerah supaya tunduk
kepada suku Suku
Mandar.
Pada
saat itu mereka
sudah berkumpul dan
mengambil kepala yang
dipenggal di tempatkan
diatas dulang yang
ada kakinya, mereka bilang
dulang dangka, baru Kepala
Suku Mandar diundang
untuk melaksanakan upacara
adat tersebut, dan disaksikan
oleh Sultan Kepala
Suku Mandar mengambil
parang yang dibuat
dari bamboo kuning
baru ditebaskan di
kepala yang di atas dulang. Katanya menyerah
Suku Tialo ! tiga
kali dilakukan. Akan tetapi
kepala dari Kepala
Suku Tialo hanya mengkerutkan
dahinya dan matanya
melotot giginya berbunyi. Dengan adanya
kekerasan hati oleh
Kepala Suku Tialo
Sultan Mandar memerintahkan
kepada jagoannya mengambil
penggalan Kepala Suku
Tialo itu untuk
disimpan diatas loteng
rumah kesultanannya.
Beberapa minggu kemudian, tiba anaknya
Kepala Suku Tialo, Namanya Jogugu
Alam dan seorang
teman akrabnya namanya
Laboso bersama tujuh
orang jagoan dari
Buol Toli-Toli. Mereka
membawa tujuh buah
kulit biak sebesar
takraw rotan, kulit biak
yang dibawah diikat
kuat satu persatu. Rencana mereka
pakai bermain takraw
di tanah Mandar. Waktu
mereka berangkat menuju
ke istana Sultan
Mandar pada sore
hari, begitu mereka sampai
di istana, langsung penjaga
istana jemput dan
bertanya, katanya : “ kamu dari mana?” Jogugu Alam
menjawab : “ kami dari
bagian utara”. Penjaga istana
pergi melaporkan kepada
Sultan :” ada tamu di pintu
gerbang, mereka dari bagian
utara untuk mencari
sahabat”, Sultan jawab :” antar
mereka kemari untuk
berkenalan. Penjaga istana pergi
menjemput tamu itu
dan beliau antar
sampai ke tempat
sultan. Sementara menonton cowok-cewek
bermain takraw.
Mereka
datang sambil memberi
salam, Sultan persilahkan duduk, begitu
mereka bercakap-cakap dengan
Sultan, Sultan bertanya :”
barangkali kalian ada
salah satu yang
tahu bermain takraw,,
silahkan bermain dngan
teman-teman !”. Jogugu Alam menjawab :” kami tidak
tahu bermain takraw
begini Sultan !. Takraw kami
lain, paling ringan Sultan”. Sultan bertanya ;” ada kamu
bawa?”. Jogugu Alam menjawab ;”
ada dibawa Sultan
tapi ada di
perahu”. Sultan mengatakan:”
kalau bias kamu
ambil dan saya
izinkan kamu yang
bermain takraw, kami semua
ingin menonton”. Jogugu Alam
menyuruh yang suku
Buol yang tujuh
orang mengambil kulit
biak yang ada di
perahu, sewaktu ke perahu oran-orang
Mandar sudah berkumpul
semua untuk menyaksikan
tamu Sultan bermain
takraw. Begitu mereka datang
membawa kulit biak
masing-masing satu buah
satu orang. Sultan melihat yang
mereka bawa bukan
takraw, hanya kulit biak
atau yang biasa
orang namakan kulit
kima. Sultan langsung terkejut
dan diam.
Jogugu Alam serta
temannya Labaso permisi
kepada Sultan untuk
masuk di lapangan takraw, begitu mereka
berdua sudah di lapangan, orang Buol
langsung membuang kulit
biak tersebut ke
tengah lapangan. Jogugu Alam
terus sambar dengan
kepala, Labaso terima dengan
kaki terus menerus
sampai hancur, dibuang lagi
satu sampai hancur
lagi, begitu seterusnya sampai
habis hancur yang
tujuh buah. Setelah selesai
bermain Sultan memanggil
mereka semua dan
memberitahu, bahwa kamu menginap
saja disini, perahu kamu
nanti saya suruh
jaga anak-anak disini. Sekarang saya
Tanya siapa antara
kalian ini sebagai
ketua rombongan ? Labaso langsung
menunjuk kepada Jogugu
Alam.
Setelah
selesai makan malam
Jogugu Alam dipanggil
oleh Sultan Mandar
masuk di kamar
anak yang ada
beberapa masih cewek, disitu
Sultan menyuruh Jogugu
Alam langsung memilih
yang paling cantik
dan masih muda
umurnya. Sultan terus tanyakan :” hari apa
kita laksanakan pernikahan ?”. Jogugu
Alam menjawab :” jangan
dulu”. Sekarang saya Tanya
dulu kepada Sultan :” dimana kepala
orang tuaku?”. Sultan menjawab :”
diatas loteng. Serahkan dulu
kepala orang tuaku
Sultan ! baru aku mau
menikah, kalau belum diserahkan, berarti kepala
orang tuaku yang
menjadi mas kawinku. Sultan menyuruh
tadulakonya mengambil kepala
tersebut diatas loteng, langsung Sultan
serahkaan kepada Jogugu
Alam.
Jogugu
Alam memanggil Labaso
untuk membawa pulang
kepala bapaknya bersama
suku Buol yang
tujuh orang itu,
karena Joggu Alam
masih tinggal. Setelah Labaso
pulang bersama orng
Buol, baru Sultan Mandar
mengadakan pesta perkawinan
anaknya dengan Jugugu
Alam. Pada saat itu
orang Portugis dan
Belanda menyebar luaskan
nama kampong Tomini
dan Teluk Tomini
di Sulawesi bagian
Pantai Timur. Maka tersebarlah
nama Teluk Tomini
sampai keluar negeri
maupun Negeri Belanda. Baru
dapat diketahui tempatnya
Jogugu Alam dilereng
gunung, mereka namakan
Punsung Pakuku, Punsung Lola, Punsung
Makarama adalah gunung
Tomini. Pada saat itu
Portugis dan Belanda mnetapkan
nama didalam peta
Sulawesi Tengah bagian
timur Teluk Tomini, kampong Tomini, Gunung Tomini. Pada
waktu itu Jogugu
Alam .masih ditanah
Mandar sama-sama istrinya, istrinya sudah
melahirkan anak laki-laki, Jogugu Alam
memberi nama Masuang. Sesudah itu beliau tinggalkan
istrinya di Mandar.
Beliau
pergi kawin lagi
di kampong Bone
mendapat anak dua
orang, satu laki-laki beliau
beri nama Masuarang, yang kedua
perempuan beliau beri
nama Intan. Dengan sudah
adanya nama kampung Tomini, beliau pulang
ke kampong halamannya di
lereng Gunung Tomini, beliau namakan
kampungnya Dusunampu. Anaknya Jogugu
Alam di Mandar
namanya Masuang itu
yang membawa Tombak
pusaka Suku Tialo
Tomini. Anaknya dari Bugis
Bone namanya Masuarang
itu yang membawa
Surampang ke kampong
Bolano Benteng itu
yang menjadi Pusaka
orang Bolano, mereka
namakan Surampang Arjan. Anak
yang kedua dari
kepala Suku Tialo
adalah perempuan namanya
Jouboki Maryam. Jouboki Maryam
ini memiliki rambut
yang sangat panjang, panjangnya tujuh
depa. Sewaktu beliau masih
cewek rambutnya yang
rontok beliau gulung
di kulit pinang
kemudian dihanyutkannya disebuah
sungai yang bernama
Oguntolulu. Sungai ini diantara
sungai Biga dan
sungai Ogomojolo. Jouboki Maryam
ini dikawin oleh
anak kepala Suku
Tamalate dan mendapat
dua orang anak
namanya Kabur karena
pindah fam, kemudian itu
mereka cerai. Jouboki Maryam
kembali ke kampong halamanya
bersama dayang-dayangnya,
waktu diperjalanan mereka
singgah istirahat di
sebelah timur dari
muara sungai Moutong. Jouboki Maryam sedang
duduk istirahat dan
beberapa orang dayangnya
sementara mengurus atau
merapikan rambutnya yang
sangat panjang itu.
Pada saat
itu datang perahu
layar singgah juga
disitu, yang didalam perahu
layar itu ada
beberapa orang laki-laki
yang sudah tua, dan
satu masih muda. Yang
masih muda itu
adalah anak raja
Ternate. Mereka ini sudah
berbulan-bulan di perjalanan
untuk mencari yang
punya rambut tergulung
dikulit pinang, beliau dapatkan
sewaktu memancing ikan
dilaut Ternate, beliau bawa
kerumah diperlihatkan kepada
kedua orang tuanya. Begitu dilihat
orang tuanya rambut
tergulung dikulit pinang
itu, mereka buka dan
diukur, tujuh depa panjangnya. Rambut itu
digulung kembali dan
diserahkan kepada anaknya
mencari teman untuk
mencari yang punya
rambut itu. Pesan orang tuanya
, apabila kamu temukan
segera kamu kawin. Olehnya itu
begitu ketemu, anak raja
Ternate langsung permisi
dan mengukur rambut
yang sementara dirapikan
dayang-dayangnya, ternyata panjangnya sama. Disitu
anak raja Ternate
terus duduk bersila
didepan Jouboki Maryam untuk
menyampaikan pesan orang
tuanya. Jouboki Maryam menjawab :” bahwa saya
ini sudah janda, sudah
punya anak dua
orang di gorontalo. Anak raja
Ternate berkata :” soal janda tidak jadi
masalah bagi saya, yang
penting bersedia saya
kawin”. Jouboki Maryam menjawab :” kalau begitu
saya bersedia”.
Dengan adanya pertemuan
mereka ini, disebelah
Timur muara sungai
Moutong sampai sekarang
dinamakan Tarnati, sesudah itu
Jouboki Maryam, yaitu Jogugu
Alam, langsung beliau mengadakan
pelamaran. Lamaran terus diterima
oleh Jogugu Alam, dan
beliau minta, orang yang
membawa mas kawin
nanti kering sungai
Ongka dilewati orang
yang antar, oleh karena
saya mintakan demikian,
karena sudah dengan
pernikahan. Anak raja Ternate
terus terima dengan
hati yang gembira
permintaan itu.
Sesudah
itu beliau langsung
pamitan pulang ke
Ternate, setibanya di
Ternate beliau sampaikan
kepada kedua orang
tuanya mengenai pelamaran
dan permintaan itu, kedua
orang tuanya setuju. Disitu mereka
mengurus segala sesuatunya
sebagai perlengkapan untuk
perkawinan. Sesudah itu mereka
mengundang sepertiganya rakyat
kerajaan Ternate mereka
undang berangkat, begitu lewat
disungai Ongka, sungai Ongka
tidak kering, hanya terbendung
sedikit sehingga sampai
di Lemboginangon pernikahan batal, karena
perjanjian nati kering
sungai Ongka. Raja Ternate
berkata :” tetap jadi, saya
tambah dengan Tanah
Ongka sampai Tanjung
Pipil dibagian Batu
Pahat Santigi itu
menjadi wilayah Tomini.
Mendengar perkataan
dari raja Ternate, Jogugu Alam
sudah menyetujui dan
pernikahan dilaksanakan. Tiga malam
sesudah pernikahan Raja
Ternate sudah pamit
pulang dan sudah
membawa menantunya yang
tujuh depa rambutnya. Jogugu Alam
berkata:” kalau bias saya
juga ikut ke
Ternate untuk mengantar
adik saya. Raja Ternate
mengatakan;” saya paling
senang kalau dengan
kamu ke Ternate, Sehingga di Ternate ada
pelabuhan Tomini. Bulamembua artinya
Bulan Timbul. Waktu timbul
bulan 14 (empat belas) malam
terdengar atau didengar
oleh ibu bapak
dari Jogugu Alam
ada suara anak
yang menangis didepan
rumahnya, mereka langsung melihat
didepan rumah, ternyata ada
anak perempuan sedang
menangis. Mereka mencari ibu
bapak anak ini tetapi
tdiak diketemukan. Sehingga mereka
mengambil anak ini, dan
mereka beri nama
Bulamembua. Mereka sudah besarkan
sama-sama dengan Jouboki
Maryam sudah menjadi
adik angkat Jogugu
Alam.
Setelah
besar Bulamembua ini
ditemui anak raja
Bone waktu beliau
menjual hiasan emas
di kampong Tomini, Sehingga beliau
menikah. Setelah menikah,
mereka mendapat dua
orang anak perempuan, yang pertama
diberi nama Dangka
Bulan, yang kedua diberi
nama Bansa Bulan. Bulamembua yang
memberi nama anaknya, karena beliau
suku Tialo dinikahi
penjual emas, bahasa Tialo
emas adalah Bulan. Tinombo, Tomini, Moutong tidak
ada raja. Setelah turunan
dua kedua orang
ini anak Raja
Bone dengan Bulamembua
baru ada Raja
Moutong. Raja Moutong ini
yang menjadi pahlawan
Bangsa Indonesia. Diatas Moutong
ada bukit, Raja
Besar namanya. Waktu pelantikan
raja terakhir, kenapa tidak
dilantik di Moutong, atau
di Tinombo, nanti di
Tomini ini pertanyaannya, jawabannya begini !. Itu
nanti sesuai dengan
sejarah. Karena Bulamembua dinikahi
oleh anak raja
Bone dikampung Lembo
Ginongan Tomini dan
yang melantik nanti
turunannya Jogugu Alam, kakak
angkat dari Bulamembua. Demikian Sejarah
singkat Suku Tialo. Jangan
nanti hanya mengetahui
bahasanya tidak mengetahui
sejarahnya.
1.2 TUJUH
UNSUR KEBUDAYAAN SUKU
TIALO
1. KESENIAN
Kesenian masyarakat Suku
Tialo senantiasa merupakan
tradisi dan berlaku
turun temurun sejak masa lalu. Berbagai kesenian tersebut di antaranya seni musik
tradisional dan seni tari yang secara umum masih tampak berlangsung hingga saat
ini. Misalnya seni musik Rabana, musik Kulintang, musik Bambu, Kakula/Banggula.
Demikian pula
seni tari yang
masih nampak dilakukan
di kalangan masyarakat Suku
Tialo, yaitu Tari
Peaju, Tari Peulu
Cinde, Tari Pajoge
Maradika dan berbagai macam
tarian yang diciptakan
berdasarkan daerah dan
kondisi kehidupan
masyarakat. Beberapa alat
musik yang masih
ada hingga saat
ini pula diantaranya Mbasimbasi,
Kakula/Banggula,
Lalove,Suling, Gimbal/Simbal,
Gendang, Floor, Kudode, Tilalo, Gong
dan lain sebagainya. Pakaian Adat dan Makanan Khas
Masyarakat asli Suku Tialo dari segi
pakaian memiliki corak, warna dan bentuk masing-maing dengan nama dan
pengistilahan yang berbeda-beda. Dari segi pakaian adat secara umum
dikenal jenis pakaian adat yaitu pakaian
adat Tomini/Tialo.Diantara jenis-jenis
makanan khas seluruhnya
terbuat dari bahan-bahan alamiah yang
merupakan makanan masyarakat
(nenek moyang) sejak
masa lampau. Upacara Adat Istiadat Keberadaan masyarakat suku Tialo,
sesungguhnya memiliki beraneka ragam
upacara adat istiadat
yang pernah dilakukan oleh masyarakat di
masa dahulu. Namun
seiring dengan perkembangan
zaman dan akibat pengaruh
eksternal lainnya sehingga sebagian di antara upacara-upacara adat itu tidak dilaksanakan lagi dalam
kehidupan masyarakat/generasi kini. Beberapa
upacara adat yang
masih dilakukan oleh
masyarakat saat ini meskipun
hanya dalam kondisi
dan pada lingkungan
masyarakat tertentu yaitu
Mongege (Suku Tialo) yang menggambarkan kesyukuran atas
berhasilnya panen padi disawah/ladang.
Adapula upacara perkawinan yang dikenal
di kalangan suku Tialo yaitu upacara Biba.
Menurut Pak
Masrin S.IP, tentang
Kesenian DiDaerah Tomini.
2. BAHASA
Keberadaan suku asli
Tialo memiliki identitas
budaya berdasarkan suku
dan daerahnya. yaitu dialek
bahasa Suku Tialo
memiliki bahasanya sendiri yaitu bahasa Tialo – Tomini. Bahasa Lauje dan
Tialo dari segi dialek memiliki kesamaan
sehingga di antara
suku Lauje dan
Tialo saling memahami bahasa.
Di tengah keberagaman
bahasa suku asli tersebut,
di Kecamatan Bolano Lambunu
terdapat komunitas masyarakat
yang menggunakan bahasa tersendiri.
Dari segi dialek
sangat berbeda dengan bahasa
Tialo dan Lauje.
Dialek bahasa ini
adalah dialek Bolano
karena bahasanya hanya digunakan
dan berlaku bagi masyarakat di
Desa Bolano Kecamatan Bolano
Lambunu. Namun secara
etnitas masyarakat Bolano dikategorikan suku Tialo – Tomini.
Menurut Pak
Masrin S.IP, tentang Bahasa
DiDaerah Tomini.
3. SISTEM
PENGETAHUAN
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu
negara adalah tersedianya cukup
sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas. Merajuk
pada amanat UUD 1945
serta amandemennya (pasal 31
ayat 2), maka
melalui jalur pendidikan pemerintah
secara konsisten berupaya meningkatkan
SDM penduduk
Indonesia. Pemerintah mengupayakan peningkatan
kualitas SDM untuk
menciptakan SDM yang tangguh,
yang siap bersaing
di era globalisasi.
Peningkatan SDM sekarang ini
lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk
mengecap pendidikan, terutama
penduduk kelompok usia sekolah (umur 7-24 tahun).
Angka Melek Huruf ,Salah satu
indikator terlaksananya dengan
baik pendidikan untuk masyarakat dapat
diketahui dengan meningkatnya
angka melek huruf
atau kemampuan baca tulis
dalam masyarakat tersebut.
Menurut Pak
Masrin S.IP, tentang Sistem Pengetahuan
DiDaerah Tomini.
4. SISTEM
EKONOMI DAN SISTEM
MATA PENCAHARIAN
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
seluruh nilai tambah bruto yang
dihasilkan oleh seluruh
sektor perekonomian Suku Tialo
di daerah Tomini
pada periode waktu tertentu (satu
tahun). Angka ini berguna untuk mengetahui struktur ekonomi, melihat
pertumbuhan ekonomi, dan melihat potensi ekonomi regional, yang sangat penting
dalam perencanaan pembangunan serta kebijakan ekonomi. Perdagangan, Perindustrian
dan Koperasi Keberhasilan
pembangunan tidak terlepas dari
kegiatan perdagangan karena setiap
wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakatnya sendiri. Semakin
besar pula peluang
lebih cepat meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Makanan pokok
mereka pada awalnya adalah sagu, kemudian mereka mulai pertanian di ladang
dengan menanam padi dan jagung. Sistem irigasi mulai dikenal tahun 1900-an.
Tanaman komoditi yang dikembangkan, kopra, cengkeh dan kopi. Meramu hasil hutan
dan berburu masih dilakukan sebagian kelompok sebagai mata pencaharian.
• Sektor
perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang
perekonomian Apabila dikelola
dengan baik, hasil kekayaan alam
yang melimpah tersebut,
yang terdiri dari potensi
laut dan darat.
• Sektor
Pertanian,Subsektor yang paling
besar kontribusinya dalam
sektor pertanian adalah sub sektor tanaman bahan makanan.
Komoditi-komoditi yang termasuk dalam sub sektor ini adalah padi, palawija (jagung,
kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi
kayu, ubi jalar)
dan hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan).
• Perkebunan,Tanaman perkebunan yang
ada di Suku
Tialo meliputi Kelapa,Kakao, dan Cengkeh.Tanaman kakao mengalami peningkatan,
Untuk tanaman kelapa yang merupakan tanaman perkebunan yang
telah diusahakan oleh
masyarakat secara
turun-temurun dan diremajakan mengalami
peningkatan sedangkan tanaman
cengkeh luas tanamanya.
• Peternakan, Populasi Ternak Besar dan Teranak Kecil Subsektor ini mencakup
kegiatan pemeliharaan segala macam jenis ternak. Populasi ternak
besar yang terdiri
dari kerbau, sapi
dan kuda, sedangkan
ternak kecil yang terdiri dari kambing, dan ayam.
Menurut Pak
Masrin S.IP, tentang Sistem Ekonomi
Dan Sistem Mata
Pencaharian DiDaerah Tomini.
5. SISTEM RELIGI
Masyarakat Tomini telah memeluk agama Islam, tetapi
upacara-upacara tertentu yang berdasarkan kepercayaan asli mereka masih sering
dilakukan oleh sebagian besar masyarakatnya. Penduduk Suku Tialo mayoritas
beragama islam. Jumlah tempat ibadah paling banyak adalah mushola dan masjid,
sesuai dengan banyaknya penganut agama islam di wilayah Ini. Yang beragama
selain agama islam
juga ada tetapi
tidak terlalu banyak
di daerah tomini
ini.
Menurut Pak
Masrin S.IP, tentang Sistem
Religi DiDaerah Tomini.
6. SISTEM
ORGANISASI MASYARAKAT
Sistem hubungan kekerabatannya bilateral dan memakai
prinsip garis hubungan keturunan yang ambilineal. Pada zaman dulu mungkin
terjadi pelapisan sosial yang agak tajam karena pengaruh sistem pemerintahan
kerajaan-kerajaan kecil. Sekarang pelapisan sosial lama itu boleh dikatakan
sudah hilang. Keorganisasiannya ada di
setiap kalangan masyarakatnya, kegiatannya itu
menuju masyarakat yang
makmur, menciptakan suasanan yang
nyaman dan semangat
gotong royong sangat
kuat sekali dengan
adanya organisasi dari
setiap kelompok-kelompok masyarakatnya.
Menurut Pak
Masrin S.IP, tentang Sistem
Organisasi Masyarakat Suku Tialo
DiDaerah Tomini.
7. SISTEM
TEKNOLOGI DAN PERALATAN
Masyarakatnya
pada zaman dahulu
alat komunikasi belum ada
dan belum secanggih
sekarang ini. Sub sector
komunikasi pada era
modern ini sangat penting peranannya
dalam mendukung peningkatan
masyarakatnya. Peningkatan kesadaran masyarakat
akan pentingnya komunikasi
juga memberi dampak
positif terhadap teknologi. Transportasi yang
digunakan masyarakat suku
tialo dulunya itu Gerobak
dengan tarikan hewan
sapi,sepeda dan mulai maju
sekarang sudah ada
masyarakatnya memakai transportasi
kendaraan motor dan
mulai meningkat perkembangannya sudah ada
mobil. Peralatan yang digunakan
masyarakat zaman dahulu
itu masih sangat
sederhana yaitu ada bambu,
parang, aret, sube-sube dan pada
waktu itu untuk
mengerjakan sawah, mereka menggunakan
bajak yang ditarik
oleh kerbau atau
sapi. dengan seiring perkembangan, peralatannya mulai meningkat
untuk mengerjakan sawah dan
kebun sekarang sudah memakai trektor (Galendrong),mesin pemangkas
dan lain-lain. Mayarakatnya
sekarang sudah mulai
maju dan meningkat.
Menurut Pak
Masrin S.IP, tentang Sistem Teknologi
Dan Peralatan DiDaerah
Tomini.
DAFTAR PUSTAKA
Tandilapa,
T .H.1973.Sejarah Suku Tialo.Kotaraya.Design.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar